PENGHINAAN TERHADAP ORGANISASI PWI LASKAR SABILILLAH DAN KYAI NUSANTARA: TELAAH KONTROVERSI

By Aziz Mubarok 27 Jul 2025, 17:25:29 WIB Daerah
PENGHINAAN TERHADAP ORGANISASI PWI LASKAR SABILILLAH DAN KYAI NUSANTARA: TELAAH KONTROVERSI

Dalam sebuah percakapan yang direkam pada platform media sosial, terdapat pernyataan-pernyataan yang dianggap merendahkan organisasi Perjuangan Wali Songo Indonesia Laskar Sabilillah (PWILS) dan Kyai Nusantara. Dialog yang penuh kontroversi ini mencuat di kalangan masyarakat dengan menyebut PWILS secara tidak langsung sebagai "Peranakan Wali Iblis Laskar Syetan," yang dinilai sangat merugikan dan menyinggung integritas organisasi maupun individu terkait.

Percakapan ini mengangkat isu tentang makam-makam ulama dan wali yang dianggap palsu, dengan tuduhan bahwa sejumlah pihak, termasuk PWILS, bertindak tidak objektif dalam kritik mereka terhadap kaum Ba'alawi (Rabithoh Alawiyah). Di antara tudingan tersebut, penulis percakapan menyebut bahwa PWILS kerap menghujat kelompok lain tanpa dasar yang jelas, sehingga memperuncing hubungan antar kelompok.

PWILS dan kelompok-kelompok tarekat lainnya di Indonesia memiliki sejarah panjang dalam membangun keislaman berbasis budaya lokal. Sebagai penerus perjuangan Wali Songo, PWILS memiliki tujuan untuk melestarikan tradisi keislaman yang berbasis pada dakwah damai dan toleransi. Dalam percakapan tersebut, muncul tuduhan bahwa PWILS justru memicu kontroversi dengan menuduh kelompok lain, seperti kaum Ba'alawi, atas berbagai praktik yang dianggap menyimpang.

Baca Lainnya :

    Di sisi lain, pembahasan tentang keaslian makam beberapa wali, seperti Joko Tingkir dan Sunan Kalijaga, juga menjadi sorotan. Tuduhan bahwa makam tersebut palsu dan dikaitkan dengan pemalsuan sejarah oleh tokoh tertentu, seperti Gus Dur, memperburuk suasana. Pernyataan ini tidak hanya merugikan organisasi PWILS, tetapi juga menyinggung masyarakat yang menghormati situs-situs ziarah tersebut.

    Dampak Pernyataan terhadap PWILS dan Kyai Nusantara

    Pernyataan yang dilontarkan dalam percakapan ini memiliki dampak negatif bagi PWILS dan Kyai Nusantara. Tudingan bahwa organisasi ini hanya berisi individu-individu yang "goblok" atau tidak paham sejarah mencederai reputasi organisasi yang selama ini menjadi pelopor pelestarian tradisi keislaman. Selain itu, pernyataan ini juga dapat memicu perpecahan di kalangan umat Islam, yang semestinya bersatu dalam perbedaan pandangan.

    Para Kyai Nusantara, yang selama ini menjadi teladan bagi masyarakat, juga tidak lepas dari kritik tajam dalam percakapan tersebut. Tudingan bahwa mereka terlibat dalam pemalsuan makam dan manipulasi sejarah menjadi isu serius yang perlu ditanggapi dengan bijak oleh berbagai pihak.

    Insiden di Gresik: Ketegangan Memuncak

    Semalam, Rabu 25-12-2024, hampir terjadi benturan fisik di bawah kepemimpinan seorang oknum habib dari Madura yang didampingi oleh beberapa muhibin. Mereka menantang Laskar Sabilillah, yang juga hadir di lokasi. Kedua kelompok bertemu di kota Gresik dalam suasana tegang. Dari pihak Laskar Sabilillah, tokoh-tokoh laskar dari Bojonegoro hadir, didampingi beberapa anggota laskar Gresik. Insiden ini menunjukkan eskalasi ketegangan yang perlu segera diredam untuk mencegah konflik lebih lanjut.

    Kasus ini menyoroti pentingnya dialog yang sehat dan saling menghormati antar kelompok. Dalam konteks keislaman Indonesia, keberagaman pendapat adalah hal yang lumrah, tetapi tidak semestinya menjadi alasan untuk saling menjatuhkan. Pernyataan-pernyataan yang provokatif, seperti yang terlihat dalam percakapan ini, hanya akan memperuncing konflik dan merusak persatuan umat.

    Sebagai respons, PWILS dan Kyai Nusantara diharapkan dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga nama baik mereka, termasuk dengan memberikan klarifikasi terhadap tuduhan yang muncul. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk tidak mudah terprovokasi oleh pernyataan-pernyataan yang tidak berdasar.

    Dalam era digital ini, penggunaan media sosial harus diarahkan pada hal-hal yang konstruktif dan bermanfaat. Setiap individu maupun kelompok memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga keharmonisan masyarakat, terutama dalam hal keagamaan yang sensitif. Mari kita jadikan momen ini sebagai pelajaran untuk meningkatkan toleransi dan kerja sama di antara kita semua.




    Write a Facebook Comment

    Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

    View all comments

    Write a comment